Assalamualaikum!
Maaf sekali
karena baru muncul lagi di belantika blogger, terlalu sibuk di dunia nyata sih.
#bhay
Oke,
let’s just straight to the point.
Kali
ini aku bakal nge-review sebuah film yang lagi ngehits banget, sekuel yang
dinanti jutaan manusia penggemar sci-fi, pamungkas dari trilogy karya Suzanne
Collins; yap, The Hunger Games: Mockingjay part 1.
Nah,
bagi kalian-kalian yang sudah pernah nonton film sebelumnya (The Hunger Games:
Catching Fire), pasti geregetan karena endingnya yang gantung banget. Di akhir
film diceritakan Katniss Everdeen (Jennifer Lawrence) mengarahkan panahnya yang
dialiri listrik ke medan pelindung arena, yang membuat seluruh arena Quarter
Quell saat itu hancur. Tindakan Katniss yang nggak sengaja ini, ternyata
dianggap pemberontakan kepada Capitol. Katniss berhasil diselamatkan oleh
Haymitch Abernathy (Woody Harrelson), tapi pacarnya, Peeta Mellark (Josh
Hutcherson) nggak sempat
diselamatkan. Alhasil Peeta dan beberapa pemenang lainnya yang tersisa menjadi
tawanan Capitol.
Katniss
bersama para pemenang yang berhasil diselamatkan akhirnya diterbangkan ke
satu-satunya tempat teraman di Panem, District 13, yang ternyata masih berdiri
dan menjalani kehidupan di bawah tanah. Mengetahui kenyataan bahwa District-nya
telah hancur, bahwa ia sedang menuju ke sebuah tempat yang dikabarkan punah
bertahun-tahun lalu, dan bahwa Peeta akan disiksa dengan kejam oleh Capitol, membuat Katniss ngamuk habis-habisan hingga harus
disuntikkan obat penenang.
Lalu
apa?
Filmnya
selesai. Keluar bioskop geregetan.
And
this, is when the best part begin.
Di
film Mockingjay, Katniss bersama Gale (Liam Hemsworth), dan 915 penduduk
District 12 yang selamat (ya, hanya 915 dari 10.000 warga), hidup di District
13 yang kaku dan penuh aturan.
Oh
ya, sebelumnya tambahan sedikit aja nih, mungkin beberapa dari kalian pengen
tahu kenapa District 13 harus hidup di bawah tanah, I’ll tell you the story. Jadi,
District 13 adalah distrik paling canggih. Paling sophisticated. Paling advanced.
Mereka penghasil nuklir. Mereka yang mensuplai alat-alat perang, bom, pesawat
tempur, dan berbagai senjata ke Capitol. Secara militer, mereka-lah distrik
yang paling siap perang. Menganggap diri mereka lebih hebat dari Capitol,
District 13 akhirnya melakukan pemberontakan, menyerang Capitol dengan
persenjataan yang mereka punya. Tapi bodohnya, District 13 berjuang sendiri,
tanpa ada dukungan dari distrik lain. Akhirnya? Capitol membalas serangan
District 13 dua kali lipat. Mereka hancur. Hanya segelintir dari seluruh
populasi yang bertahan hidup. Tapi kemudian District 13 bangkit. Membangun kehidupan
di bawah tanah, membuat pemerintahan sendiri yang dikepalai oleh Presiden Alma
Coin (Julianne Moore), menghasilkan senjata-senjata dan bunker, hingga saatnya,
ketika semua sudah siap, mereka akan kembali menyerang Capitol.
Tapi
tentunya, District 13 nggak mau
mengulangi kesalahan yang sama (udah kayak judul lagu galau). Mereka akan
menggali dukungan dari seluruh distrik untuk melawan Capitol. Makanya, mereka
membutuhkan sebuah symbol pemberontakan yang akan membakar semangat juang
masyarakat Panem. Mockingjay.
Dengan
beberapa perdebatan, Katniss akhirnya bersedia menjadi Mockingjay. Menjadi symbol
perlawanan. Bersama dengan beberapa orang yaitu Haymitch, Plutarch Heavensbee
(Philip Seymour Hoffman), Effie Trinket (Elizabeth Banks), Cressida (Natalie Dormer),
dan tiga crew kamera (Mesalla, Castor, & Pollux), mereka membuat video-video propaganda atau yang
disebut dengan propo, untuk disiarkan
ke seluruh Panem.
Tapi
Capitol tidak sebodoh itu. Mereka punya Peeta. Salah satu titik kelemahan
Katniss. Mereka menjadikan Peeta sebagai senjata, sama seperti para pemberontak
yang menjadikan Katniss sebagai senjata.
***
The
Hunger Games; Mockingjay part 1 ini kalau yang aku lihat, detail banget. Like,
banget banget. Apa yang digambarkan sama Suzanne Collins di novel, direalisasikan
sama Francis Lawrence lewat film. Jadi kayak, baca novelnya tapi audio visual
gitu. Bener-bener detail, sampai gaya rambut Presiden Coin aja diperhatikan.
Biasanya
kalau kita nonton film adaptasi novel dan sudah pernah baca bukunya, kita pasti
‘kan kayak, “loh, di buku nggak begini”, “loh, dialog itu kan harusnya yang
ngomong si xxx”, “loh, di buku nggak begitu, kok jadi plot twist?”
Tapi
Mockingjay ini enggak. Film ini sangat, kalau menurutku, sesuai dengan ekspektasi.
Di beberapa part di film malah menjelaskan bagian yang samar-samar di novel. Seperti
waktu Katniss dicekik Peeta. Di buku, bagian itu cuman kayak yang,
Dia mencekikku.
Terus
ganti bab. Terus diceritakan Katniss harus bed rest, nggak boleh kemana-mana,
nggak boleh ikut latihan militer dan sebagainya.
Waktu
aku baca part itu sejujurnya aku kayak, “ah masa dicekik doang sampai harus bed
rest lebay banget”. Tapi waktu nonton filmnya, adegan pencekikan itu bener-bener
real, matanya Katniss merah terus pelipisnya mulai biru keunguan, sampai Peeta
harus dipukul biar mau ngelepasin. Jadi, yah, kalau begitu ceritanya bener lah
Katniss harus bed rest.
Ya
mungkin emang sengaja adegan itu dibikin sebegitu serunya di film biar menambah
kesan wow atau gimana gitu. Jadi makin masuk akal kan.
Cuman
yang kurang dijelaskan di film itu, waktu Katniss ikut latihan militer District
13. Jadi di film ini tuh fokusnya kayak cuman ke pembuatan propo doang, padahal Katniss juga ikut latihan perang karena tujuan
awal mereka kan emang berperang melawan Capitol, bukan cuma bikin video.
Tapi
over all bagus kok. Aku sudah nonton dua kali. :’)
Efek-efeknya
juga keren banget, bikin goosebumps, bikin nangis, bikin nggak pengen ninggalin
bioskop hiks. Soundtrack-nya juga bagus-bagus, cocok sama atmosfer filmnya. Dan
oh, suaranya Jennifer Lawrence ternyata enaaak banget. :’)
Jadi,
buat kalian-kalian yang belum nonton, segeralah menonton! Butuh waktu
berbulan-bulan sampai DVDnya keluar (bahkan yang bajakan juga, kalau mau
kualitas ori). Buat yang jauh dari bioskop atau nggak ada waktu, luangkanlah
sekali-kali, it is worth the distance and time I promise.
Segitu
dulu ah, capek ngetik.
Sampai
jumpa di post selanjutnya!
Wassalamualaikum!